Pengalaman teka-teki menunda-nunda melaksbocahan salat Asar, seperti ada akan mengganggu

 Pengalaman teka-teki menunda-nunda melaksbocahan salat Asar, seperti ada akan mengganggu Pengalaman teka-teki menunda-nunda melaksbocahan salat Asar, seperti ada akan mengganggu

Kisah pengalaman misteri menunda-nunda melaksbudakan salat Asar.

Dan ketika tengah menjalankan salat, ibarat ada akan mengganggu.

Adakah hubunganya demi ulahku menunda-nunda salat?

Setiap orang pasti menyandang pengalaman esensial , begitu doang denganku.

Kejadian ini terjadi pada tahun 2008.

Waktu itu aku baru saja menginjak usia 15 tahun.

Rumahku ramai saat Bibi maka anggotanya bersumber ke rumah.

Mereka membantu ibuku memasak hadapan rumah menjumpai kalender hadapan rumah Mbah Kakung.

Rumahku beserta rumah Mbah Kakung bertetangga beserta cuma terpisah sebab satu rumah.

Ibu yang tengah sibuk bergulat beserta bahan masakan sudah sering mengingatkanku agar andal salat.

Kebetulan waktu itu waktu salat Asar. Takut kehabisan waktu, kata Ibu.

Lagi pula, sebentar lagi Ibu atas Bibi bagi ke rumah Kakung.

Mereka khawatir kalau aku sendirian dekat rumah batas salat.

Aku yang tengah asyik bercerita bersama anak Bibi tak menghiraukan perintah Ibu.

Kami masih asik bercerita ngalor-ngidul.

Hingga akhirnya Ibu agak marah maka aku bangkit demi mengambil wudhu.

Tempat salatku pada di dalam kamar.

Aku masih bisa mendengar gumaman Ibu selanjutnya Bibi antara dapur akan saja tersekat pagar kayu.

Setelah membaca niat, aku mulai larut dengan bacaan salat.

Lalu, aku merasakan pundakku ditepuk sekali. Apa Bibi ikut salat denganku?

Aku berbantuan fokus membaca bacaan salat.

Lalu, saat sujud aku merasa sebagaimana ada yang menginjak kakiku.

Aku mematung sesaat. Apa adik sepupuku itu ikut salat pun?

Kutajamkan pendengaran.

Benar, dapur terdengar sepi.

Dengan perasaan mantap, aku melanjutkan salat lagi selanjutnya saat rakaat ketiga aku merasakan pinggangku disentuh seseorang.

Apa sekarang Ibu juga ikut salat?

Tak ingin luber berpikir karena resah nanti salatnya batal, aku melanjutkan sampai selesai.

Selesai salat aku menengok ke belakang.

Tak ada siapa pun antara sana. Kemana perginya mereka? Bukankah tadi ada yang datang terlambat?

Tuk! Tuk! Tuk!

Tiba-tiba terdengar suara seseorang menghaluskan bumbu bersama cobek batu.

Aku kesal karena mereka tak menyelesaikan salat dan sibuk dekat dapur.

Setelah melipat mukena aku langsung ke dapur.

Tak ada siapa pun atas dapur.

Bahkan cobek punya Ibu teronggok di sudut balai, bersih tak ada bekas kontemporer saja terpakai.

Merasa ada yang aneh, aku bergegas ke rumah Kakung.

Ternyata Ibu, Bibi, dan anandanya sudah ada di rumah Kakung.

Mereka tengah makan memakai separuh nasi tersisa di piring.

Kalau mereka dalam sini, lantas siapa yang tadi menyentuhku durasi salat?

Juga suara di dapur?

Mungkin setidak emosinya besok aku tak menunda-nunda bagi salat lagi. (Seperti dikisahkan Latifah Komari di Koran Merapi) *